Selamatkan Indonesia

Manifestasi dari doyongnya hukum dan aparat penegaknya menjadikan pelaksanaan hukum menjadi tebang pilih atau mengalami diskriminasi yang melawan ide keadilan dalam konsep negara hukum. Kenyataan kita sudah saksikan setiap hari perdebatan pencari keadilan dan kejayaan mafia pajak dan mafia hukum. Sampai rezim penguasa sekarang belum nampak perubahan apa pun tentang korupsi dan anjloknya keadilan secara subtansial.

1292147970976356833
Jika centurygate dan Gayus2 dibiarkan menguap, artinya negara atau pemerintah yang dipilih secara demokratik sekarang menghalalkan korupsi bagi pejabat besar dan mengharamkan di sisi lain bagi orang kecil. Korupsi berjamaah, jamaah korupsi terus saja menyamar menjadi pahlawan, menjadi pemain utama dalam panggung sandiwara penegakan hukum. Saya setuju jika kita sedang menunggu Godot di Indonesia.
Pemerintah hanya punya nyali mengharamkan aliran sesat, atau menyesatkan aliran, tapi tidak ada nyali untuk kepentingan lebih besar. Tugas negara yang utama diabaikan dengan menutupi tugas lain yang sama sekali tidak penting bagi kemaslahatan banyak manusia. Sehari-hari apa yang diurus negara? meredam lawan politik, meredam demokstrasi, menculik orang kritis dengan dijadikan penasehat presiden atau dijadikan pejabat dadakan, inilah operasi intelegent paling buruk abad ini.
Jika Babi dan Anjing Haram, walau orang ada yang tetap makan, publik bisa memaklumi, tapi jika korupsi halal, korupsi besar tidak dipidana, tentu setiap hati manusia akan menolak kecuali tidak punya hati. Satu-satunya tubuh tanpa hati adalah kekuasaan. Atas nama kekuasaan, orang boleh dan bisa berbuat apa saja. Sebagaimana kata Iwan Fals, “di negeri ini apa saja bisa terjadi”. Lalu dia menambahkan, “untuk mendapatkan keadilan Kalau perlu membeli.
Yang hitam bisa menjadi putih Yang putih pun begitu. Terhadap yang benar saja sewenang wenang. Apalagi yang salah”

Negara sebagai institusi modern, sebanarnya baik rupa, pemegang dan pengendali negaralah yang pongah dan buta keadilan. Negara memberi apa saja, negara bisa membolehkan mobil dinas masing-masing menteri dan anggota dewan, menaikkan gaji, membayar tiket keluarga rekreasi ke benua lain, memberi tunjangan dan apa saja yang pengausa mau negara akan memberikan. Negara, ibarat lampu aladin selalu mengabulkan permintaan. Ide adanya negara melekat pada setiap kepala manusia di zaman modern sekarang ini. Jadi negara bisa jadi alat penindasan yang sangat masuk akal (Karl Marx; Marx Weber). Kebaikan negara memang luar biasa, tapi kenapa tetap korupsi? Tidak cukupkah yang diberikan negara.

Negara baik, penguasa buruk! itulah generalisasi yang harus dibantah kebenarannya. Tugas kita semua untuk membuktikan bahwa negara baik harus dipimpin penguasa dan pemimpin yang baik. Perlu belajar dari Plato, Aristoteles dan Sokrates. Otherwise, bubar lagi.
Salam semangaBBB!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme