Gayus: Pahlawan Mafia Pajak

1290373763220758073


David Efendi


Gayus sebetulnya, secara tidak langsung merupakan keran awal pembuka skandal pajak sejak republik ini berdiri. Jika semua terungkap maka mentawai bisa ditukar guling jadi penjarah bagi koruptor. Kelebihan penjarah ini sederhana tapi perlu yaitu tahanan bisa melaut, menjadi nelayan dan jika apes, ya resiko tinggal di pulau rawan gempa dan tsunami. Sayang note ini sedang tidak bicara soal kebijakan penjarah atau tahanan tapi lebih sebagai penghargaan untuk gayus sebagai peniup peluit yang peluitnya masih dikantongi Pak Beye.
Kita dulu mengenal Stick dan Carrot dalam zaman edan jilid 1 OrBa, siapa yang loyal pada pemerintah dapat jabatan dan kesejahteraan dan yang tidak akan dikuburpaksakan baik kuburan hidup atau mati. Lalu pertanyaannya, sekarang apa bisa disebut zaman edan jilid 2 lantaran kelakuan pejabat tidak pernah direformasi, sama-sama hobi korupsi, sama-sama memanipulasi data, dan angka. Mungkin ada baiknya, Gayus diberikan gelar pahlawan nasional, atau pahlawan mavia pajak dan sebagainya agar merangsang bosnya Gayus untuk andil dalam meraih gelar pahlawan di hari tuanya. Sayang utopia ini agak berat sebab akan menerabas nurani, dan lagi pula anak-anak mafia pajak dan koruptor kelas berat negara ini sedang menduduki jabatan peninggalannya dan tak akan pernah sampai hati memenjarakannya apalagi sekedar memberikan gelar pahlawan sebagai sarkastisme kelas buaya.

Dua jasa gayus paling berharga bagi penegakan hukum di Indonesia perlu dipertimbangkan sebagai amal sosial dan politik Mr Gayus (penimbun) pajak ini. Pertama, Gayus secara damai dan legowo mau diajak pulang dari Singapura dan menyatakan pengakuannya sebagai penilep uang negara. Ini selain membudahkan melacak majikan Gayus yang masih sembunyi juga memudahkan tim pemberantas mafia hukum yang dipimpim Deny Indrayana. Kedua, lagi-lagi ini harus dicatat sebagai pretasi besar abad ini, bahwa Gayus yang menggunakan Wiq yang nongkrong di pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions di Nusa Dua, Bali yang tertangkap oleh fotografer Kompas, Agus Susanto,  lalu mengakui bahwa dirinya kabur ke Bali. Ini juga masukan yang sangat berherga bagi penegakan hukum di Indonesia. Dephum babak belur setelah kasus Artalita yang membangun istanah di penjarah, Kasus transaski sexs di Penjarah, dan berbagai jual beli obat terlarang. Apa ini tidak cukup menjadi pelajaran?

Tahun 2011 nanti diperkiraan akan banyak anak bangsa terbaik jadi pahlawan, selain jendral bintang lima Soeharto, Gus Dur, Mbah Marijan, dan Gayus pun akan menerima gelar sebagai pahlawan Nasional. Pertanda ini sudah muncul dalam mata uang rupiah yang mana Gayus menggantikan posisi Patimura dalam uang kertas sebesar seribu rupiah, Soeharto akan kembali menempati uang 50 ribu, dan Gus Dur bisa jadi moncul di uang seratus ribu dan Mbah Marijan karena mewakili orang lereng gunung cukup tampil sebagai uang recehan 100 atau 200 saja agar tetap dikenang wong cilik nan bajik dan bijak.

Saya juga usul jikia memungkinkan, orang yang tersebut diatas dijadikan perangko atau logo materai. Dengan dijadikannnya mbah Marijan logo di perangko maka dijamin pak Pos tidak terlambat mengirim surat dan pos bantuan baik BLT atau bantuan korban bencana alam karena jika tetap terlambat mbah Marijan akan bersabda lewat perangkonya: Roso roso, surate lan bantuane gek ndang dikekno”. Wah medeni ora?
Kembali ke Gayus yang misterius, pelariannya lebih jauh dari radius awan panas merapi tempo hari. Kehebatan ini melambangkan bahwa pengemplang pajak bisa saja sudah menetap di Singapura, Perancis, atau Yuinani sana bahkan sudah sampai ’surga’. Isyarat dari Gayus ini menjaidkan KPK, Pak Beye sebagai ‘ketua’ KPK tentu akan bekerja lebih keras dan lebih dari 36 jam sehari dalam mewujudkan mimpi rakyat: tertangkapnya koruptor dan dikemblaikan untuk kepentingan rakyat banyak terutama yang sedang mendesak yaitu keselamatan dan masa depan korban bencana alam.

Tangkap Gayus dan ribuan Gayus lainnya, berikan gelar pahlawan bagi yang nenyerahkan diri! “Itu!”, kata Mario teguh

Hi, Nov 2010

1 Response to "Gayus: Pahlawan Mafia Pajak"

  1. Anonymous says:

    kebodohan bangsa....

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme