Bangsa yang Tidak Habis Dijarah dan Dikorupsi

David Efendi
1292120644184051596
Terminologi “bangsa”, sampai sekarang belum habis diperdebatkan. Pasang surut, muncul dan terbenamnya sebuah bangsa tentu bukan hal yang sama sekali baru. Banyak ilmuwan menemukan teori bangsa dan nationalism yang jika disebutkan mulai dari J. A Amstrong, Jhon Breuilly, Anthony Smith, Hobsbawn, Ernest Gellner, P. Chatterjee, Ernast Renan, Ben Anderson, Roeder, Adam Smith, Arendt, Charles Tilly, Fukuyama, dan sebagainya. Bangsa, mungkin mengikuti hukum energi yaitu tidak dapat dimusnahkan tetapi bisa berubah bentuk. Kelompok yang kontra terhadap ide rasial dan kebangsaan berargumen bahwa ide ras dan bangsa adalah ide manusia yang menghalalkan perang dan diksriminasi. Tapi, dunia sudah terbentuk dalam sekat bangsa-bangsa. Ide kebangsaan pun merata ada di otak sebagian besar manusia di bumi. Ada juga terpaksa bergabung menjadi identitas tertentu, lantaran tidak ada pilihan untuk keluar dari komunitas imaginernya. Indonesia sendiri, memang betul, merupakan ‘bangsa yang belum selesai membayangkan’, atau menurut saya Indonesia adalah bangsa yang kekayaannya tidak habis dijarah dan dikorupsi?.

Penjarahan dan Korupsi
Jika semua anak bangsa pandai berhitung maka penjarahan tahun 1997-8 pada saat reformasi yang dikarenakan repotnasi itu terlalu sedikit bila dibandingkan dengan kekayaan alam bumi nusantara ini yang dieksploitasi asing, perushaaan multinasional yang mengantongi izin merusak bumi baik di sektor kehutanan, tambang, batubara, emas, dan uranium. Mulai dari sabang sampai merauke, mulai dari ujung pulau besar sampai ujung pulau-pulau tidak bertuan. Sementara, negara ini melakukan pembiaran terhadap koruptor laknatullah yang terus saja menggerogoti bangsa dengan jumlah trilyuna rupiah. Tidak ada usaha serius menangani Gayus dan century, tidak ada nyali untuk menyeleamatkan bangsa yang remuk redam dijarah koruptor dari segala penjuru. Pertanyaan kemudian betulkan bangsa ini tidak habis dijarah dan digarong?
Tentu saja alam punya keterbatasan, tapi alam juga punya kedaulatan sehingga tidak bisa dianiayah terus menerus suatu ketika akan menjelma dan meluluhlantakkan bangsa. Bencana alam yang beruntun dan massife bisa membubarkan kesatuan bangsa.

Indonesia konon sekarang sudah memasuki zaman demokrasi liberal (untuk membedakan dengan demokrasi terpimpinnya Sukarno dan demokrasi autoritarian-nya Suharto) di mana demokrasi sangat ditentukan berjalannya pemilu dari pusat sampai desa. Semua pejabat merasa menikmati kekuasaannya atas legitimasi langsung dari rakyat. Paradok terjadi manakalah peserta pemilu adalah ‘gengster’, mafia, gerombolan elit lama penguasa ekonomi bangsa. Mereka pernah menikmati konsesi ekonomi dalam zaman Orde Baru dan eksis di zaman demokrasi liberal. Sehingga demokrasi liberal diartikan sebagai demokrasi yang tidak mengenal siapa pahlawan dan penjahat, semua ditentukan modal dan dukungan suara dalam pemilu. Inilah yang disebut demokrasi kafir oleh kelompok islam yang saya tahu.

Demokrasi dibajak kaum kapitalis lokal, nasional dan transnational. Mereka bekerjasama dengan berbagai cara untuk tetap mengendalikan perekonomian dan nasib hidup ornag banyak. Atas nama desentralisasi mereka menjual murah produk dan kekayaan daerah. Semakin loyal kepada daerah kepada pusat dan multinasional kapitalist semakin cepat kaya seorang kepala daerah dan juga ada jaminan akan terpilih kembali dengan memanipulasi massa, dukungan, dan juga proses. Inilah demokrasi kapitalis. Kehadirannya menyebabkan kesenjangan semakin lebar antara kaya dan miskin, sangat miskin.

Di zaman demokrasi sekarang, gelar pendidikan, tingkat nasionalisme, agama, status sosial tidak secara otomatis akan menjauhi sifat rakus dan korup. Banyak doktor terjebak korupsi, begitu juga status Haji atau tokoh masyarakat. Saya mengusulkan, agar nasionalisme diartiulangkan, dimaknai secara actual. Nasionalisme diartikan sebagai kesungguhan seseorang untuk menjauhi sikap rakus dan korup. Jika tidak, mereka digolongan anti-nasionalisme, kontra revolusi, atau semacamnya. Hukumannya sangat berat: Ditembak ditempat atau ditenggelamkan di laut selatan.

Begitu usualan saya. Moga menggerteak dan menggugat!

0 Response to "Bangsa yang Tidak Habis Dijarah dan Dikorupsi"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme